Senin, 11 Maret 2013

Kujang; Ajimat Raja Pasundan

Sebagai informasi gratis mengenai senjata tradisional masyarakat budaya Indonesia kedua adalah Kujang, ya kujang adalah salah satu senjata tradisional masyarakat sunda, yang memiliki nilai budaya yang cukup diperhitungkan oleh para pengamat budaya. Kujang satu-satunya senjata yang hanya dimiliki oleh masyarakat sunda, untuk itu marilah kita ketahui lebih jauh senjata yang satu ini.
Dengan tetap menyisip pesan; tersaji bukan untuk dipuji apalagi dihina melainkan tersaji untuk diketahui dan diperbaiki.
Dari judulnya sudah terbersit dalam ingatan bahwa kujang adalah senjata tradisional provinsi Jawa Barat. Senjata ini kenapa dikenal dengan nama Kujang, karena hampir mirip Bentuknya dengan sabit atau celurit. Namun, ada kelainan pada bagian punggungnya yang berlubang. Mulanya senjata ini dipergunakan pada abad ke-4 sebagai alat kebutuhan pertanian. Akan tetapi pada pada abad ke-9 masehi, nilai kujang menjadi sakral. Pada masa ini, kujang dipergunakan sebagai senjata pusaka oleh Raja-raja di tanah Pasundan. Senjata ini diyakini memiliki kekuatan magis, dan sanggup memberi wibawa dan kesaktian bagi pemiliknya.
Kujang adalah senjata yang penuh dengan misteri. Dikatakan demikian karena banyak yang meyakini di dalam Kujang terdapat sebuah kekuatan magis dan sakral. Bagi kebanyakan orang-orang Sunda, Kujang dianggap tak sekadar senjata biasa. Melainkan senjata yang memiliki “kekuatan lain” di luar nalar manusia. Bagi orang-orang Sunda yang tak meyakini adanya kekuatan lain (gaib) dibalik Kujang pun, pasti akan memperlakukan Kujang dengan istimewa. Setidaknya menghargai Kujang sebagai hiasan rumah, bahkan cinderamata. Di sinilah nilai kewibawaan senjata Kujang dibuktikan.
Kujang memang memiliki nilai-nilai filosofi bagi orang-orang Sunda Kuno. Dan proses penciptaannya sangat berkait erat dengan kebutuhan akan kekuatan lain dari sebuah senjata. Muasal Kujang sendiri sebenarnya terinspirasi dari sebuah alat kebutuhan pertanian. Alat ini telah dipergunakan secara luas pada abad ke-4 sampai dengan abadke-7 Masehi. Ketika itu bentuknya lebih mendekati figure arit atau celurit. Barulah pada abad ke-9, wujud Kujang mulai berwujud seperti yang kita lihat sekarang. Sejak itulah image masyarakat soal Kujang telah berubah.
Azimat Raja-Raja
Nilai Kujang sebagai sebuah jimat atau azimat, pertama kali muncul dalam sejarah Kerajaan Padjadjaran Makukuhan. Tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Kudo Lalean. Sejak itu, Kujang secara berangsur-angsur dipergunakan para raja dan bangsawan Kerajaan itu sebagai lambang kewibawaan dan kesaktian. Suatu ketika, Kudo Lalean tengah melakukan tapa brata di suatu tempat. Tiba-tiba sang prabu mendapat ilham untuk mendesain ulang bentuk Kujang, yang selama ini dipergunakan sebagai alat pertanian.

Tidak ada komentar: